Blue Chrysanthemum

Blue Chrysanthemum

Rabu, 03 Februari 2016

Jurnal skripsi ku 2014

           JURNAL

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA DAN KEBIASAAN BELAJAR
DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA
SMA NEGERI 13 SAMARINDA
TAHUN PEMBELAJARAN
2013/2014



Oleh
Amalia Nurul Maulida
NIM : 0905015150
                                                                            








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014








HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA DAN KEBIASAAN BELAJAR
DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA
SMA NEGERI 13 SAMARINDA
TAHUN PEMBELAJARAN
2013/2014

                                                           JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mulawarman



Oleh
Amalia Nurul Maulida
NIM : 0905015150
                                                                            






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA

2014





HALAMAN PENGESAHAN

Judul                        :
Hubungan Peranan Orang Tua dan Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 13 Samarinda Tahun Pembelajaran 2013/2014
Nama                       :
 Amalia Nurul Maulida
NIM                          :
 0905015150
Fakultas                   :
 Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan                    :
 Pendidikan MIPA
Program Studi          :
 Pendidikan Biologi

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari Selasa 2 September  2014 sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Mengesahkan,

         Pembimbing I                                                             Pembimbing II





Dr. Elsje Th. Maasawet, M.Pd                               Dr. Sonja V. T Lumowa, M.Kes
NIP. 19620814 198803 2 001                                NIP. 19640209 198703 2 002



Tim Penguji,

           Penguji I                                                                       Penguji II



Dr. Vandalita M. M Rambitan, M.P                        Drs. Helmy Hassan               
NIP. 19651213 199103 2 002                                NIP. 19540818 198903 1 004



Mengetahui,
                                    Dekan FKIP Universitas Mulawarman                                  



Drs. H. Syahril Bardin, M.Si
NIP. 19561209 198903 1 001




HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA DAN KEBIASAAN BELAJAR
DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA
SMA NEGERI 13 SAMARINDA
TAHUN PEMBELJARAN
2013/2014




Jumat, 28 Februari 2014

Bukit Bangkirai







Perkembangan Embrio Pada Ayam (Gallus Domesticus)



Perkembangan Embrio Pada Ayam (Gallus Domesticus)

A.    Tujuan
Setelah praktikum berlangsung praktikan mampu memahami fase-fase perkembangan embrio pada telur ayam serta bagian-bagiannya.

B.     Dasar Teori
Definisi embriologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh proses tumbuh dan berkembangnya telur yang telah dibuahi. Tetapi biasanya, embriologi hanya mempelajari proses tumbuh dan berkembangnya telur yang dibuahi sampai suatu kondisi serupa stadium dewasa yaitu foetus siap lahir pada hewan tingkat tinggi dan ayam anak siap menetas.
Sebagai prinsip umum, zigot membelah berturut-turut dan berlangsung berkesinambungan secara mitosis yang karakteristik untuk tiap jenis hewan, dan sel-selnya berdiferensiasi dengan pola tertentu sehingga terbentuk seperti dewasa. Pada tahap perkembangan permulaan, diferensiasi sel mengikuti sifat alami sel telur yang bersangkutan.
Telur ayam mengandung zat gizi sempurna yang sangat di butuhkan untuk kehidupan embrio. Meskipun begitu, untuk dapat menghasilkan bakal anak, telur harus mendapatkan lingkungan yang nyaman (comfort zone) supaya embrio yang ada di dalamnya dapat berkembang dengan baik dan menetas pada waktunya.
Biasanya sang induk akan mengerami telur secara alami atau bisa juga menggunakan mesin tetas. Sebelumnya, sang induk harus menyediakan sejumlah 'makanan' yang cukup di dalam telur untuk perkembangan embrio mulai dari awal peneluran sampai embrio bertumbuh menjadi seekor anak ayam dan menetas. Perkembangan embrio unggas terjadi di luar tubuh induknya, dengan kata lain sejak telur terpisah dari induknya, embrio akan berkembang dengan memanfaatkan zat putih telur dan kuning telur yang ada di dalam telur.
Pada prinsipnya semua jenis telur mempunyai struktur yang sama. Telur terdiri dari enam bagian yaitu kerabang telur atau kulit luar (shell), selaput kerabang (membran shell), putih telur (albumen), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza) dan sel benih (germ disk). Masing-masing bagian memiliki fungsi khas. Kerabang telur berfungsi sebagai pelindung embrio dari gangguan luar yang tidak menguntungkan. Kerabang juga berfungsi melindungi putih telur dan kuning telur agar tidak keluar dan terkontaminasi dari zat-zat yang tidak diinginkan. Kerabang telur memiliki pori-pori sebagai media lalu lintas gas oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2) selama proses penetasan. Oksigen diperlukan embrio untuk proses pernafasan dan perkembangannya. Putih telur merupakan tempat penyimpanan air dan zat makanan di dalam telur yang digunakan untuk pertumbuhan embrio. Kuning telur merupakan bagian telur yang bulat bentuknya, berwarna kuning sampai jingga dan terdapat di tengah-tengah telur. Kuning telur mengandung zat lemak yang penting bagi pertumbuhan embrio. Di dalam kuning telur terdapat sel benih yang menjadi unsur utama embrio unggas. Pada bagian ujung yang tumpul dari telur terdapat rongga udara yang berguna untuk bernapas bagi embrio selama periode penetasan, yang berlangsung rata-rata 20-21 hari.
Beberapa penyebab kematian embrio didalam telur pada umur dua minggu masa penetasan dengan menggunakan mesin penetas :
1.      Induk terserang penyakit.
Beberapa penyakit pada induk memang dapat diturunkan kepada anak ayam. Karena itu, pelaksanaan biosecurity termasuk vaksinasi harus dilakukan secara lengkap terhadap induk. Memiliki indukan unggas sendiri itu lebih baik daripada membeli telur di tempat lain yang tidak diketahui kualitas indukannya, karena kontrol penyakit dapat dilakukan lebih selektif. Untuk mengindari penularan atau penurunan penyakit bawaan dari induk maka anda bisa melakukan fumigasi terhadap ruang inkubasi dengan desinfektan yang kuat seperti campuran formalin dan kalium permanganat atau jenis desinfektan kuat lainnya.
2.      Formulasi pakan induk kurang benar.
Kematian embrio didalam telur dapat terjadi karena pakan induk mengalami defisiensi zat gizi seperti vitamin dan mineral, sehingga metabolisme dan perkembangan embrio menjadi tidak optimal. Untuk mengatasi hal ini, pada ransum induk perlu ditambahkan suplemen vitamin dan mineral.
3.      Sebelum diinkubasi telur tidak diangin-anginkan.
Telur adalah benda hidup yang mengalami metabolisme dan mengeluarkan panas. Pada saat pengangkutan dan penjualan di pasar, telur mengalami kenaikan suhu karena pengemasan, penumpukan dan penjemuran. Saat pengangkutan dan penjemuran, suhu dapat mencapai 40°C. Karena itu, sebelum di masukkan ke dalam mesin tetas, telur perlu diangin-anginkan terlebih dahulu sekitar satu jam agar tidak terjadi perubahan suhu yang signifikan. Perubahan suhu yang signifikan dapat menimbulkan kematian embrio pada dua minggu masa inkubasi di dalam mesin tetas.
4.      Suhu didalam mesin tetas terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Suhu di ruang inkubasi tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 2°C dari kisaran suhu standar. Suhu standar untuk penetasan berkisar antara 36°C-39°C. Kalau terjadi penurunan suhu terlalu lama biasanya telur akan menetas lebih lambat dari 21 hari dan kalau terjadi kenaikan suhu melebihi dari suhu normal maka embrio akan mengalami dehidrasi dan akan mati.
5.      Padamnya sumber pemanas.
Padamnya sumber pemanas dapat menurunkan suhu di ruang inkubasi. Jika suhu di mesin tetas mencapai 27°C selama 1-2 jam, maka embrio akan segera mati. Terlebih jika umur embrio masih sangat muda. Namun, jika umur inkubasi telah mencapai 18 hari, dampak padamnya sumber pemanas tidak akan separah dampak sewaktu masih muda. Hal ini disebabkan metabolisme masing-masing embrio telah mampu membentuk panas kolektif secara konveksi. Namun, jumlah kematian embrio akan semakin bertambah jika sumber panas padam berkali-kali di dalam satu siklus penetasan. Karena itu, cadangan sumber panas menjadi sangat penting, terlebih pada lokasi usaha penetaasan yang sering terjadi pemadaman listrik. Salah satu usaha untuk meminimalkan resiko jika terjadi pemadaman listrik adalah dengan menggunakan mesin penetas yang memiliki elemen pemanas darurat saat terjadi pemadaman listrik. Lihat spesifikasi mesin tetas PUI-100.
6.      Telur didalam mesin tetas tidak diputar.
Telur yang tidak diputar atau dibalik karena kemalasan, kelalaian atau matinya sumber listrik jelas akan mempengaruhi posisi embrio. Telur yang dibalik atau diputarnya tidak beraturan dapat menyebabkan pelekatan pada satu sisi. Akibatya, embrio tidak akan dapat tumbuh normal dan akhirnya mati.
7.      Kandungan CO2 yang terlalu tinggi.
Aktifnya metabolisme embrio menyebabkan akumulasi CO2 di dalam ruang penetasan. Selain dapat menyebabkan kematian embrio, jumlah CO2 yang terlalu banyak dapat menyebabkan DOC yang berhasil menetas menjadi lemas dan lemah. Ventilasi atau aliran udara yang tidak baik menjadi faktor utama terjadinya penumpukan zat asam arang ini. Pada mesin tetas sederhana, ventilasi yang buruk bisa disebabkan lubang ventilasi yang kotor atau jumlahnya yang kurang. Karena itu, pelaku penetasan harus rajin membersihkan ventilasi.
8.      Telur disimpan pada suhu di atas 30°C.
Telur yang berada pada ruangan bersuhu di atas 30°C, bagian putih telurnya akan segera encer sehingga tali pengikat kuning telur mudah putus. Apalagi, jika telur akan diangkut melalui medan yang berat (jalan berliku-liku, jalan belum aspal atau tidak mulus, ) atau mengalami perlakuan kasar, maka tali pengikat tersebut rentan putus akibat guncangan atau perlakuan kasar tersebut.
9.      Telur berumur lebih dari 5 hari.
Putih telur mudah encer jika setelah berumur 5 hari telur belum juga dimasukkan ke dalam mesin tetas. Kalau anda membeli telur dari tempat lain maka perlu untuk menanyakan berapa umur telur tetas tersebut. Kalau anda enggan untuk menanyakan maka cukup member toleransi 2-3 hari pada telur tersebut, artinya telur tersebut telah berapa pada peternak/pengepul telur selama 3 hari. Sehingga maksimal waktu anda menyimpan telur tersebut di rumah anda adalah 2-3 hari.
 

                                       



C.     Alat Dan Bahan
1.      Alat
a.       Cawan petri
b.      Inkubator
c.       Kamera digital/Hp
d.      Pinset
2.      Bahan
a.       Telur ayam kampong
 
D.    PROSEDUR KERJA
1.      Disediakan telur ayam kampung sebanyak 21 butir yang baru keluar dari induknya.
2.      Telur kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 38,5°C.
3.      Selama 3 hari pertama, telur didiamkan di dalam inkubator.
4.      Setelah 3 hari baru telur di bolak-balik.
5.      Setiap 3 hari sekali telur dipecahkan untuk dilihat bagaimana perkembangan embrio di dalamnya hingga hari ke 17.
6.      Di foto setiap telur yang di pecahkan.





E.     Hasil Pengamatan


F.      Pembahasan
Masa pengeraman merupakan masa yang sangat kritis untuk menentukan penetasan seekor anak ayam. Embrio di dalam telur akan terus berkembang setiap harinya sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam. Secara garis besar, dari berbagai literatur menyampaikan perkembangan embrio selama 21 hari pengeraman sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam.
Tahap-tahap pembentukan embrio didalam telur adalah dimulai dari hari ke-1, sejumlah proses pembentukan sel permulaan mulai terjadi. Sel permulaan untuk sistem pencernaan mulai terbentuk pada jam ke-18. Pada jam-jam berikutnya, secara berturut-turut sampai dengan jam ke-24, mulai juga terbentuk sel permulaan untuk jaringan otak, sel permulaan untuk jaringan tulang belakang, formasi hubungan antara jaringan otak dan jaringan syaraf, formasi bagian kepala, sel permulaan untuk darah, dan formasi awal syaraf mata. Para penetas yang sudah berpengalaman akan mampu membedakan telur fertile dan telur infertil pada hari ke-1 ini.
Pada hari ke-2, embrio mulai bergeser ke sisi kiri, dan saluran darah mulai terlihat pada bagian kuning telur. Perkembangan sel dari jam ke-25 sampai jam ke-48 secara berurutan adalah pembentukan formasi pembuluh darah halus dan jantung, seluruh jaringan otak mulai terbentuk, selaput cairan mulai terlihat dan mulai juga terbentuk formasi tenggorokan. Pada hari ke-3, dimulainya pembentukan formasi hidung, sayap, kaki, dan jaringan pernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah menutup seluruh bagian embrio. Peneropongan telur pada hari ke-3 biasanya sudah terlihat jelas untuk membedakan telur yang berembrio dan telur yang kosong atau embrio mati.
Pada hari ke-4, sel permulaan untuk lidah mulai terbentuk. Pada masa ini, embrio terpisah seluruhnya dari kuning telur dan berputar ke kiri. Sementara itu, jaringan saluran pernafasan terlihat mulai menembus selaput cairan.
Pada hari ke-5, saluran pencernaan dan tembolok mulai terbentuk. Pada masa ini terbentuk pula jaringan reproduksi. Karenanya sudah mulai dapat juga ditentukan jenis kelaminnya. Penetas yang berpengalaman akan memanfaatkan hari ini untuk pemisahan telur sesuai dengan jenis kelamin.
Pada hari ke-6, pembentukan paruh dimulai. Begitu juga dengan kaki dan sayap. Selain itu, embrio mulai melakukan gerakan-gerakan.
Pada hari ke-7, ke-8, dan ke-9, jari kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Selain itu, perut mulai menonjol karena jeroannya mulai berkembang. Pembentukan bulu juga dimulai. Pada masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulai membuka.
Pada hari ke-10 dan ke-11, paruh mulai mengeras, jari-jari kaki sudah mulai sepenuhnya terpisah, dan pori-pori kulit tubuh mulai tampak. Pada hari ke-12, jari-jari kaki sudah terbentuk sepenuhnya dan bulu pertama mulai muncul. Pada hari ke-13, sisik dan kuku jari kaki mulai terbentuk. Tubuh pun sudah sepenuhnya ditumbuhi bulu.
Pada hari ke-14, embrio berputar sehingga kepalanya tepat berada dibagian tumpulnya telur. Pada hari ke-15, jaringan usus mulai terbentuk di dalam badan embrio.
Pada hari ke-16 dan ke-17, sisik kaki, kuku, dan paruh semakin mengeras. Tubuh embrio sudah sepenuhnya tertutupi bulu yang tumbuh. Putih telur sudah tidak ada lagi, dan kuning telur meningkat fungsinya sebagai bahan makanan yang sangat penting bagi embrio. Selain itu, paruh sudah mengarah kerongga kantung udara, selaput cairan mulai berkurang, dan embrio mulai melakukan persiapan untuk bernafas.
Pada hari ke-18 dan ke-19, pertumbuhan embrio sudah mendekati sempurna. Kuning telur mulai masuk ke dalam rongga perut melalui saluran tali pusat. Embrio juga semakin besar sehingga sudah memenuhi seluruh rongga telur kecuali rongga kantung udara.
Pada hari ke-20, kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh embrio. Embrio yang hampir menjadi anak ayam ini menembus selaput cairan dan mulai bernafas menggunakan udara di kantung udara. Saluran pernafasan mulai berfungsi dan bekerja sempurna. Ketika melakukan peneropongan dan terlihat kantung udara yang gelap maka dapat dipastikan bahwa embrio tersebut telah mati. Pada hari ke-21, anak ayam menembus lapisan kulit telur ( pipping) dan menetas menjadi anak ayam.

AMALIA NURUL MAULIDA