Blue Chrysanthemum

Blue Chrysanthemum

Sabtu, 31 Maret 2012

laporan entomologi


ENTOMOLOGI
JANGKRIK DAN TAWON

A. Tujuan
            Untuk mengidentifikasi jenis-jenis serangga pada tanaman.

B. Dasar Teori
              Serangga secara umum dapat dikenal melalui tubuhnya yang terdiri atas tiga bagian, yaitu keapala, toraks (dada dan punggung), dan abdomen (perut). Di kepala terdapat sepasang antena sebagai alat peraba dan pencium, sepasang mata faset, 1-3 oseli untuk menerima dan membedakan cahaya, serta mulut yang dilengkapidengan labrum (bibir muka), sepasang mandibula (rahang muka), sepasang maksila(rahang belakang), dan labium (bibir belakang). Toraks terbagi atas tiga ruas, tiapruas berkaki sepasang, dan pada ruas kedua dan ketiga masing-masing terdapat sepasang sayap. Abdomen tediri atas sebelas ruas, di bagian ujung biasanya terdapat 1-3 bulu pendek atau panjang yang dinamakan sersi. Di sebelah kiri dan kanan bawah ruas-ruas toraks dan abdomen terdapat lubang kecil atau spirakel, yang berhubungan dengan saluran trakea sebagai alat pernapasan. Serangga umumnya berkelamin terpisah, sehingga terdapat jantan dan betina. Bentuk serangga jantan dan betina umumnya sama, tapi terdapat juga yang berbeda seperti kumbang kelapa atau Xylotrupes gideon, yaitu kumbang jantan memiliki tanduk sementara yang betina tidak. Ada pula perbedaan dalam ukuran tubuh, pada umumnya serangga jantan berukuran lebih kecil.
Serangga umumnya berkembang biak dengan bertelur, yang diletakkan satu-satu maupun berkelompok, atau telur-telurnya diletakkan dalam suatu kotak bernama ooteka (contoh pada lipas dan belalang sembah). Serangga betina umumnya dilengkapi dengan ovipositor yaitu alat untuk meletakkan telur. Dari telur akan menetas menjadi larva, yang bentuknya sangat berbeda dengan serangga dewasa. Setelah beberapa kali ganti kulit, larva akan berubah menjadi kepompong yang kemudian keluar sebagai serangga dewasa yang sempurna. Daur hidup yang melalui tahapan kepompong disebut metamorfosis sempurna. Kupu-kupu, lalat, dan kumbang adalah serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Belalang dan kepik adalah contoh serangga dengan daur hidup metamorphosis tidak sempurna. Pada metamorfosis ini, telur akan menetas menjadi anakan yang bentuknya sudah menyerupai serangga dewasa, hanya sayap dan alat kelaminnya belum sempurna. Serangga ini dinamakan nimfa. Nimfa akan mengalami beberapa kali ganti kulit, pada ganti kulit terakhir akan keluar serangga dewasa yang memiliki sayap dan alat kelamin sempurna.
Perkembangan Insecta dibedakan menjadi tiga. Pertama Ametabola adalah perkembangan yang hanya berupa pertambahan ukuran saja tanpa perubahan wujud, contohnya kutu buku (lepisma saccharina). Kedua Hemimetabola adalah tahap perkembangan Insecta yang tidak sempurna, dimana Insecta muda yang menetas mirip dengan induknya, tetapi ada organ yang belum muncul, misalnya sayap. Sayap itu akan muncul hingga pada saat dewasa hewan tersebut. Insecta muda disebut nimfa. Ringkasan skemanya adalah telur – nimfa (larva) – dewasa (imago). Contoh Insecta ini adalah belalang, kecoa (periplaneta americana), jangkrik (gryllus sp.), dan walang sangit (leptocorisa acuta). Ketiga Holometabola adalah perkembangan Insecta dengan setiap tahap menunjukan perubahan wujud yang sanagt berbeda (sempurna). Tahapnya adalah sebagai berikut ; telur – larva – pupa – dewasa.Larvanya berbentuk ulat tumbuh dan mengalami ekdisis beberapa kali. Setalah itu larva menghasilkan pelindung keras disekuur tubuhnya untuk membentuk pupa. Pupa berkembang menjadi bagian tubuh seperti antena, sayap, kaki, organ reproduksi, dan organ lainnya yang merupakan struktur Insecta dewasa. Selanjutnya, Insecta dewasa keluar dari pupa. Contoh Insecta ini adalah kupu-kupu, lalat, dan nyamuk.
Sebagian besar serangga adalah pemakan tumbuhan, termasuk biji-bijian yang disimpan di gudang atau lumbung. Sebagian lagi adalah pemakan serangga dan binatang kecil lainnya. Beberapa jenis hidup dengan menghisap darah manusia atau binatang, dan beberapa jenis hidup parasit pada binatang menyusui serta burung, memakan bulu-bulunya. Serangga tanah merupakan pemakan serasah busuk dan pohon tumbang, serta lumut, jamur, dan kapang.
Serangga dapat hidup soliter (sendiri) maupun berkoloni (membentuk kelompok) dengan membuat sarang di pohon atau di dalam tanah. Semut, lebah, dan rayap termasuk serangga yang hidup berkoloni. Serangga yang berkoloni terdiri dari beberapa kasta, yaitu ratu sebagai penghasil telur, raja yang membuahi ratu, pekerja yang bertugas melayani ratu dan raja, merawat larva, dan mencari kemudian mengumpulkan makanan, serta tentara atau pengawal yang menjaga dan mempertahankan koloni dari serangan musuh.
Serangga dapat ditemukan di berbagai habitat atau lingkungan hidup, baik darat maupun perairan. Di darat serangga hidup di pohon, semak, permukaan maupun dalam tanah, atau hidup parasit pada binatang lain. Sementara di air contohnya air tergenang maupun air yang mengalir. Ada serangga yang hidup di air sepanjang hidupnya, sementara ada pula yang hanya hidup di air pada fase larva atau nimfa dan bermigrasi ke darat saat dewasa seperti nyamuk dan capung. Seperti binatang lainnya, serangga juga dapat mengeluarkan suara, contoh jangkrik, belalang malam, dan tonggeret. Suara serangga tidak dikeluarkan darimulutnya, tetapi dihasilkan dari gesekan antara bagian-bagian tertentu tubuhnya. Suara belalang malam dihasilkan dari gesekan bagian pangkal kedua sayap mukanya. Pada tonggeret yang suaranya nyaring disebabkan oleh adanya kepingan di bagian bawah perut.
Serangga memainkan peranan penting dalam kesejahteraan manusia, baik peranan yang bermanfaat maupun yang merugikan. Lebah madu dan ulat sutera adalah serangga yang bermanfaat, sementara nyamuk, lalat, pinjal, dan tungau telah diketahui sebagai vektor penyakit pada manusia dan ternak, sedangkan wereng dan belalang dapat menjadi hama tanaman.





C. Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Jaring
b.      Toples
c.       Kapas
d.      Steoroform
e.       Jarum pentul
2.      Bahan
a.       Bius
b.      Serangga

D. Prosedur Kerja
1.      Di persiapkan alat-alat praktikum.
2.      Di datangi habitat serangga yang ada di kebun.
3.      Di ambil serangga dengan digunakan jaring.
4.      Serangga di masukkan toples yang berisi bius.
5.      Serangga yang di dapat di identifikasi dan di klasifikasi.


E. Hasil Pengamatan

Klasifikasi jangkrik:
Kerajaan          : Animalia
Filum               :
Arthropoda
Kelas               :
Insecta
Ordo                :
Orthoptera
Famili              : Gryllidae
Genus              : Liogryllus
Spesies            : Liogryllus Sp.


Klasifikasi tawon:
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Hymenoptera


F. Pembahasan
Jangkrik (Liogryllus Sp.)
Jangkrik (Liogryllus Sp.) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang. Jangkrik adalah omnivora, dikenal dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara jangkrik ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitar. Di dunia dikenal sekitar 900 spesies jangkrik, termasuk di dalamnya adalah gangsir.
Sistem respirasi jangkrik terdiri atas spirakel dan trakea serta trakeola. Trakea tersebut terikat pada struktur terbuka di sepanjang permukaan tubuh yang disebut spirakel. Trakea dapat ditemukan dekat dengan pembuluh dorsal Gryllus sp. Oleh karena itu Gryllus sp tidak bergantung pada mulut dalam pernapasannya. Katup spirakel yang ada di sepanjang tubuh Gryllus sp tersebut akan terbuka saat konsentrasi karbon dioksida dalam tubuh tinggi,kemudian karbon dioksida tersebut berdifusi keluar dari trakea keluar dan oksigen dari luar masuk ke dalam melalui katup tersebut. Sistem trakea memungkinkan udara bersirkulasi langsung ke dalam sel tanpa memerlukan darah sebagai media sirkulasinya. Pada system trakea, tubulus – tubulus trakea membentuk cabang–cabang dengan trakeola di setiap cabang tersebut. Trakeola tersebut kemudian berasosiasi dengan setiap sel dalam tubuh dan memungkinkan terjadinya difusi gas dari dan ke dalam sel.
Gryllus sp merupakan serangga yang banyak terdapat di daerah beriklim tropis dan subtropis. Sistem pencernaannya secara umum meliputi mulut, sepasang kelenjar saliva, dan kanal alimentary. Organ mulut, maxilla, mandibula, dan labiumnya digunakan untuk merasa dan memotong makanan. Gryllus sp menggunakan mandibula atau rahangnya untuk menggigit dan mengunyah makanan mereka. Pencernaan dimulai dari dalam mulut dengan menggunakan saliva yang disekresikan oleh kelenjar saliva. Dari mulut, makanan masuk kedalam esofagus atau foregut. Esofagus tersebut kemudian terbuka dan menuju ke dalam tembolok. Di dalam tembolok, makanan yang belum tercerna disimpan sementara. Setelah itu, makanan di distribusikan ke dalam tenggorokan yang disebut grizzard. Grizzard merupakan otot perut dengan struktur seperti gigi taring yang dapat mengolah makanan menjadi potongan–potongan yang lebih kecil. Di antara grizzard dan perut Gryllus sp terdapat katup yang disebut katup stomodeal. Katup tersebut memungkinkan jalannya makanan yang telah dicerna secara utuh ke dalam perut, bukan sebaliknya. Di dalam perut, enzim pencernaan berupa gastric caecae mencerna makanan lebih lanjut secara kimiawi. Enzim ini meliputi enzim amilase, maltase, invertase, tryptase, dan lipase. Makanan yang telah tercerna dan berubah menjadi sari makanan kemudian diserap oleh dinding perut keruangan disekeliling organ tersebut yang disebut haemocoel. Haemocoel mengandung banyak badan lemak yang terdiri dari sel lemak, granula protein dan glikogen. Badan lemak tersebut membentuk struktur penyimapanan. Dari badan lemak tersebut nutrisi ditransportasi keberbagai bagian tubuh. Di sisi lain, pada bagian hindgut terjadi penyerapan air dan pemebentukan makanan yang tidak tercerna menjadi pelet kering. Pelet kering tersebut kemudian dieksresikan melalui anus dalam bentuk feses.
Sperma disimpan dalam reseptakel seminal betina sampai oviposisi, yaitu saat betina telah sampai waktunya untuk mengeluarkan telur yang akan dibuahi dari oviduk ke vagina. Betina menggunakan ovipositor untuk menginjeksikan telur–telurnya ke dalam tanah tempat mereka berkembang selama 3 hari ( pada suhu ) dan menetas menjadi nimfa instar 1. Nimfa tersebut sangat mirip dengan jangkrik dewasa dengan ukuran yang lebih kecil, ketiadaan sayap, dan immaturity seksual. Nimfa akan tumbuh dan berganti kulit berkali– kali, melalui fase 8 nimfa yang disebut orinstars. Pergantian kulit ke sembilan akan menghasilkan orimago. Imago akan terbentuk saat jangkrik tersebut telah mencapai kematangan seksual dan memiliki sayap.
Sistem saraf jangkrik terdiri dari dorsal, otak tripartite atau ganglion cerebral, sistem saraf  tangga tali berganglion, dan sistem saraf tepi, termasuk somatik dan komponen visceral. Sistem saraf tangga tali tersebut berwarna putih dan mengkilap, terdiri atas 2 tali paralel yangterdapat pada bagian ventral. Tali–tali saraf tersebut menyatu di setiap segmen tubuh kecoa dan membentuk ganglia. Respons dan stimulus dihantarkan oleh ganglion tersebut dari organsensori ke organ motorik atau sebaliknya.
Perilaku Gryllus sp terdiri dari perilaku eksplorasi, feeding, grooming, freezing, agonistik,kawin, digging, dan climbing. Perilaku eksplorasi dilakukan jangkrik untuk mencari makanan, mencari tempat perlindungan, mencari sumber air, tempat yang sesuai untuk meletakkan telur, serta penyesuaian pada tempat yang baru ditemui. Perilaku grooming umumnya dilakukan untuk membersihkan bagian–bagian tubuh jangkrik terutama kaki dan antena sebagai organ sensori. Kedua organ sensori tersebut penting bagi jangkrik terutama untuk pertahanan dan sensitifitas terhadap lingkungannya. Perilaku freezing dilakukan sebagai kamuflase jangkrik terhadap predator. Perilaku digging umumnya dilakukan untuk mencari makanan atau saat betina mencari tempat peletakkan telur. Perilaku climbing  dilakukan terutama dengan menggunakan kaki belakang dan kaki depan jangkrik. Perilaku ini relatif jarang dilakukan. Perilaku kawin Gryllus sp melibatkan individu jantan dan betina dengan posisi kawin betina di bagian atas. Perilaku ini didahului oleh penghasilan suara oleh individu jantan untuk menarik perhatian betina. Individu jantan akan saling berkompetisi untuk menarik perhatian betina melalui agresi fisik seperti perilaku agonistik dan penghasilan suara yang menandai dominansi. Individu betina akan merespon suara yang menarik perhatiannya dengan berjalan atau terbang ke arah jantan tersebut. Kawin disebut berhasil saat individu jantan berhasil mentransfer spermatophorenya yang berisi sperma, yang tetap berada di luar tubuh betina baru kemudian membuahi telur betina yang siap di buahi.
Klasifikasi jangkrik:
Kerajaan          : Animalia
Filum               :
Arthropoda
Kelas               :
Insecta
Ordo                :
Orthoptera
Famili              : Gryllidae
Genus              : Liogryllus
Spesies            : Liogryllus Sp.

Tawon
            Tawon adalah serangga terbang yang mudah dikenali karena dikenal suka menyengat bila diganggu dan warnanya yang mencolok pada beberapa spesies. Tawon termasuk dalam ordo Hymenoptera yang juga beranggotakan semut dan lebah. Tawon kadang-kadang dikelirukan sebagai lebah oleh orang awam.
Di dunia ini ada sekitar 75.000 spesies tawon yang sudah diketahui manusia dan sebagian besar dari mereka hidup sebagai parasit dengan menaruh telurnya di tubuh hewan lain. Tawon bisa ditemukan di seluruh dunia, kecuali di daerah terlampau panas dan terlampau dingin.
Tawon dan anggota Hymenoptera lainnya memiliki tubuh yang mudah dikenali dibandingkan dengan kelas serangga lainnya. Tubuhnya terbagi menjadi 3 bagian utama: kepala, thorax, dan abdomen (beberapa literatur lain menyebutnya terdiri dari kepala, metasoma, dan mesosoma walaupun maksudnya sama). Ciri khas utama dari anggota
Di kepala tawon terdapat sepasang mata majemuk, yaitu mata yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil. Selain sepasang mata majemuk tadi, tawon juga memiliki 3 buah oselus (mata sederhana) di puncak kepalanya. Oselus tidak digunakan untuk melihat, melainkan untuk mendeteksi intensitas cahaya di sekitarnya sehingga mereka bisa tahu kapan harus memulai dan mengakhiri aktivitasnya. Tawon juga memiliki sepasang rahang bawah (mandibula) yang bisa digunakan untuk berbagai aktivitas seperti menjepit benda, mencabut serat kayu, dan bahkan untuk membunuh serangga lain. Bagian lain yang terdapat di kepala tawon adalah sepasang antena yang berbuku-buku untuk mendeteksi rangsangan kimia.
Tawon sebagai anggota filum Arthropoda tidak memiliki kerangka dalam, namun tubuhnya ditutupi oleh cangkang luar yang disebut eksoskeleton. Warna cangkang luarnya bervariasi di mana pada tawon dari famili Vespidae, tubuhnya berwarna mencolok kuning dan hitam sebagai peringatan bagi hewan lain agar tidak mengganggunya bila tidak ingin disengat. Tubuh tawon juga nyaris tidak diselubungi rambut (kebalikan dari lebah yang tubuhnya diselubungi rambut lebat).
Semua tawon memiliki sayap (kecuali tawon betina dari famili Mutillidae) berwarna transparan. Sayap ini jumlahnya 2 pasang dan bergerak seirama di mana jika sayap depan naik, maka sayap belakang juga ikut bergerak naik. Tawon sangat pandai terbang di udara karena saat terbang, ia bisa melakukan aneka manuver seperti terbang cepat, berputar di angkasa, dan bahkan terbang mundur. Tawon umumnya terbang dengan melipat kakinya, sementara beberapa jenis tawon lain semisal tawon kertas membiarkan kaki belakangnya menggantung (tidak terlipat) saat terbang.
Tawon memiliki sengat yang terdapat di ujung abdomennya. Hanya tawon betina yang memiliki sengat, sementara pejantannya tidak memiliki sengat. Sengat tawon sebenarnya adalah semacam saluran yang terhubung ke kelenjar bisa. Tawon menggunakan sengatnya untuk melumpuhkan korbannya dan mempertahankan diri. Sengat tawon tidak bergerigi sehingga tawon bisa menggunakan sengatnya untuk menyengat berulang kali tanpa khawatir sengatnya akan menancap dan tidak bisa dicabut. Sengatan tawon sendiri walaupun menimbulkan rasa sakit biasanya tidak berbahaya bagi manusia, namun pada beberapa orang yang memiliki alergi pada racun tawon, sengatan yang disebabkan oleh tawon bisa berakibat fatal.
Beberapa jenis tawon memiliki sengat yang termodifikasi menjadi saluran penyalur telur yang disebut ovipositor. Tawon bisa memakai sengatnya untuk bertelur karena tabung sengatnya juga terhubung dengan kantung telur. Ukuran ovipositor sendiri bervariasi dan pada beberapa jenis tawon, ovipositornya bisa lebih panjang dari tubuhnya. Ovipositor pada beberapa tawon semisal tawon ikneumon begitu kuat karena diketahui bisa menembus lapisan kayu sekalipun.
Tawon seperti anggota Hymenoptera lainnya menjalani metamorfosis sempurna yang berarti mereka menjalani 4 tahap dalam pertumbuhannya: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Larva tawon umumnya tidak memiliki mata, kaki, dan rahang untuk mengunyah sehingga agar bisa makan, ia bergantung pada induknya yang menaruhnya saat masih menjadi telur di dekat makanannya. Larva tawon yang bertumbuh akan mengalami pergantian kulit berkali-kali hingga akhirnya menjadi kepompong. Kepompong tawon biasanya berbentuk mirip dengan tawon dewasa, namun berwarna pucat. Tawon yang sudah menjalani fase kepompong kemudian akan menetas keluar dari kepompongnya, lalu menunggu sejenak agar sayapnya kering sebelum bisa dipakai untuk terbang.
Klasifikasi tawon:
Kerajaan          : Animalia
Filum               : Arthropoda
Kelas               : Insecta
Ordo                : Hymenoptera


            G. Kesimpulan
            Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Jangkrik (Liogryllus Sp.) adalah serangga yang berkerabat dekat dengan belalang, memiliki tubuh rata dan antena panjang.
2.      Sistem respirasi jangkrik terdiri atas spirakel dan trakea serta trakeola.
3.      Jangkrik merupakan serangga yang banyak terdapat di daerah beriklim tropis dan subtropis.
4.      Tawon bisa ditemukan di seluruh dunia, kecuali di daerah terlampau panas dan terlampau dingin.
5.      Tubuh tawon nyaris tidak diselubungi rambut (kebalikan dari lebah yang tubuhnya diselubungi rambut lebat).

Kamis, 29 Maret 2012

Makalah Evaluasi - Reliabilitas


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang berarti nilai.Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan dapat di artikan sebagai penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Adapun dari segi istilah, evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.Maka evaluasi pendidikan itu dapat di artikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan atau suatu proses menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat di ketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Sebelum melanjutkan pembicaraan tentang evaluasi pendidikan secara lebih luas dan mendalam, terlebih dahulu perlu di pahami bahwa dalam praktek sering kali terjadi kerancuan atau tumpang tindih dalam penggunaan istilah evaluasi, penilaian dan pengukuran.Kenyataan seperti itu memang dapat di pahami, mengigat bahwa di antara ketiga istilah tersebut saling terkait sehingga sulit untuk di bedakan.
Dalam evaluasi terdapat beberapa teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar di antaranya teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif yang akan kami bahas dalam makalah ini.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian reliabilitas ?
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas tes hasil belajar obyektif ?
3.      Bagaimana teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif ?

C.    TUJUAN

1.      Agar mahasiswa mengetahui pengertian reliabilitas.
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas tes hasil belajar obyektif.
3.      Agar mahasiswa mengetahui teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Reliabilitas

Kata reliabillitas dalam bahasa Indonesia di ambil dari reliability dalam bahasa inggris, berasal dari kata, reliable yang artinya dapat di percaya. “reliabilitas” merupakan kata benda, sedangkan “reliable” merupakan kata sifat atau keadaan.
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable).Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai arti seperti kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan dan konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.
Dari beberapa pengertian di atas jadi reliabilitas tes marupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tes yang hasilnya menunjukan keajegan.Seorang dikatakan dapat di percaya apabila orang tersebut berbicara ajeg, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu.Dalam sebuah tes pentingnya diamati keajegan dan kepastian tes tersebut dilihat dari hasil tes yang didapat.

B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Tes Hasil Belajar Obyektif
a.       Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai daya pembeda yang kuat.
b.      Panjang/pendeknya suatu instrumen
c.       Evaluasi yang surjektif akan menurunkan reliabilitas
d.      Ketidaktepatan waktu yang diberikan
e.       Kemampuan yang ada dalam kelompok
f.       Luas/tidaknya sampel yang diambil.

C.    Teknik Pengujian Reliabilitas Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif
1. Pengujian Reabilitas Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif dengan Menggunakan Pendekatan Single Test – Single Thrial Method
Dalam rangka menentukan reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dengan mennggunakan pendekatan single test-single trial, maka penentuan reliabilitas tes tersebut dilakukan dengan jalan melakukan pengukuran terhadap satu kelompok subyek, di mana pengukuran itu dilakukan dengan hanya mennggunakan satu alat jenis alat pengukuran, dan bahwa pelaksanaan pengukuran hanya dilakukan sebanyak satu kali saja. Dengan kata lain, pendekatan “serba single” atau pendekatan “serba satu”, yaitu : satu kelompok subyek, satu jenis alat pengukur, dan satu kali pengkuran atau satu kelompok testee, satu jenis tes, dan satu kali testing.
Dengan mennggunakan pendekatan single test – single trial, maka tinggi rendahnya reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya koefisien reliabilitas tes, yang seperti halnya pada tes uraian dilambangkan dengan r11 atau rtt (koefisien reliabilitas tes secara total). Adapun untuk mencari atau formula, yaitu : (1) Formula Spearman-Brown, (2) Formula Flanagan, (3) Frmula Rulon, (4) Formula Kuder-Richard-son, (5) Formula C. Hoyt.


a.      Pendekatan Single Test-Single Trial dengan Menggunakan Formula Spearman-Brown
Penentuan reabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dengan menggunakan formula Spearman-Brown-sebagaimana telah disinggung dalam pembicaraan dimuka dikenal dengan istilah : teknik belah dua (split half technique). Disebut “belah dua” , sebab dalam penentuan reabilitas tes, penganalisisannya dilakukan dengan jalan membelah dua butir-butir soal tes menjadi dua bagian yang sama, sehingga masing-masing testee memiliki dua macam skor. Salah satu skor merupakan bagian pertama atau belahan pertama dari tes, sedangkan skor yang satunya lagi merupakan bagian kedua atau belahan kedua dari tes hasil belajar bentuk obyektif tersebut.
Dengan demikian, penerapan formula Spearman-Brown akan menghasilkan dua buah distribusi skor belahan pertama drngan distribusi skor belahan keduan itu dipandang sebagai reabilitas bagian butir-vutir soal tes hasil belajar bentuk obyektif tersebut; sedangkan untuk mengetahui reabilitas tes secara keseluruhan Spearman-Brown menciptakan formula sebagai berikut :
Dimana :
rtt    =    Koefisien reabilitas tes secara total (tt = total tes)
rhh  =    Koefisien korelasi product moment antara separoh (bagian pertama)   tes, dengan separoh (bagian kedua) dari tes tersebut (hh = half-half)
1&2     =          Bilangan Konstantan
Rumus lain yang sejenis dengan rumus diatas adalah ;


Dimana :
r11           =     Koefisien reabilitas tes secara keseluruhan
r            =    Koefisien korelasi product moment antara separoh (1/2) tes (belahan) dengan separoh (1/2) tes (belahan) dari tes tersebut.
1&2     =    Bilangan Konstan

Untuk mengetahui besarnya  rhh atau r  dapat digunakan salah satu diantara rumus berikut :
Dalam penerapan formula Spearman-Brown tersebut iatas, Spearman-Brown mempersembahkan dua buah model, yaitu :Model Gasal- Genap dan Model Kiri-Kanan
Pada model gasalgenap, skor-skor yang dimiliki oleh testee untuk butir item yang bernomor gasal ( misalnya item nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11 dan seterusnya ) dianggap sebagai separoh bagian pertama dari tes, sedangkan skor-skor yang dimiliki testee untuk butir-butir item yang bernomor genap ( misalnya item nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan seterusnya ) dianggap sebagai separoh bagian kedua dari tes yang bersangkutan.
Pada model belahan kiri-kanan, jumlah butir-butir item yang ada dalam tes, dibelah menjdai dua bagian yang sama besar. Misalnya jumlah butir soal tes adalah 60, maka butir soal nomor 1 samapai dengan butir soal nomor 30 ditetapkan sebagai belahan kiri ( belahan I ), sedangkan butir item nomor 31 sampai dengan butir soal nomor 60 ditetapkan sebagai belahan kanan ( belahan II ).
1.      Pendekatan Single Test-Single Trial dengan Mengunakan Formula Spearman-Brown Model Gasal Genap
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penentuan reliabilitas tes dengan pendekatan single-test dimana digunakan formula Spearman-Brown Model Genap adalah sebagai berikut :
Ø  Menjumlah skor-skor dari butir-butir item yang bernomor gasal yang dimiliki oleh masing-masing, individu testee.
Ø  Menjumlahkan skor-skor dari butir-butir item yang bernomor genap yang dimiliki oleh masing-masing individu testee.
Ø  Mencari ( menghitung ) koefisien korelasi “r” product moment ( rxy = rhh = r ). Dalam hal ini jumlah skor-skor dari butir-butir item yang bernomor gasal kita anggap sebagai variable X, sedangkang jumlah skor-skor dari butir-butir item yang bernomor genap kita anggap sebagai variable Y, dengan menggunakan rumus :
Ø  Mencari ( menghitung ) koefisien reliabilitas tes ( r11 = rtt ) dengan menggunakan rumus :
Ø  Memberikan interprestasi terhadap r11
Contoh :
Tes hasil belajar bidang studi Ushul Fiqh yang diikuti oleh 25 orang siswa madrasah ‘ Aliyah’, menyajikan 24 butir item bentuk item obyektif, dengan ketentuan bahwa untuk setiap jawaban betul diberikan skor 1, sedangkan untuk setiap jawaban salah diberikan skor 0. Setalah tes berakhir, diperoleh penyebarab skor hasil tes sebagai berikut : 
Tabel 6.3 Penyebaran skor hasil tes bidang studi Ushul Fiqh yang diikuti oleh 25 orang siswa.
Langkah 1 : Menjumlahkan skor yang bernomor gasal
Tabel 6.4 Skor-skor yang dimiliki oleh butir-butir item tes hasil belajar bidang studi Ushul Fiqh, yang bernmor gasal.


Langkah 2 : Menjumlahkan skor-skor yang bernomor genap
Tabel 6.5 Skor-skor yang dimiliki oleh butir-butir item tes hasil belajar bidang studi Ushul Fiqh yang bernomor genap .
Langkah 3 : Menghitung angka indeks korelasi “r” product moment, antara variable X ( separoh belahan tes I ) dengan variable Y ( separoh belahan tes II ) yaitu rxy atau rhh atau r .
Tabel 6.6 Perhitungan-perhitungan untuk memperoleh rxy = rhh = r
Langkah 5 : Memberikan iterprestasi terhadap r11 : berdasar hasil perhitungan diatas diperoleh koefisien reabilitas tes (r11 ) sebesar 0,84 ternyata jauh lebih besar dari 0,70. Dengan demikian dinyatakan tes hasil belajar tersebut memiliki realibitas tinggi.

2. Pendekatan Single Test – Single Thrial dengan menggunakan Formula Spearman-Brown Model Belahan Kiri dan Kanan.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh da;am penentuan reliabilitas tes dengan menngunakan pendekatan Single Test – Single Thrial di mana digunakan formula Sperman-Brown model belahan kiri dan kanan adalah sebagai berikut :
Langkah 1: Menjumlahkan skor-skor dari butir-butir item yang terletak di separoh bagian kiri tes, yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa yaitu : butir-butir item dengan nomor 1,2,3, 4,5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12.
Langkah 2: Menjumlahkan skor-skor dari butir-butir item yang terletak di separoh bagian kanan tes, yang dimiliki ooleh masing-masing individu siswa yaitu : butir-butir item dengan nomor 13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23 dan 24.

Langkah 3: Mencari (menghitung) angka indeks korelasi “r”product moment, antara variabel X (separoh belahan kiri) dengan variabel Y (separoh belahan kanan) yaitu rxy  atau rhh  atau r  .
Langkah 4: Mencari (menghitung) koefisien reliabilitas tes (r11 ataur11) dengan menggunakan rumus :
            Telah diketahui ; dengan demikian
r11

Langkah 5. Memberikan interpretasi terhadap r11

Kelemahan-kelemahan Formula Spearman-Brown
      Penentuan reabilitas tes dengan menggunakan formula Spearman-Brown memiliki beberapa kelemahan yaitu ;
a.       Formula Spearman-Brown menghendaki agar bekahan yang dicarikorelasinya yaitu belahan gasal-genap dan belahan kiri-kanan haruslah sebanding.
b.      Penerapan formula Spearman-Brown juga menuntut persyaratan, agar jumlah butir-butir item yang akan diuji reabilitasnya haruslah merupakan bilangan genap; jadi seandainya jumlah butir-butir item itu berupa bilangan gasal, maka formula ini tidak mungkin untuk diterapkan..
c.       Dengan dua buah model perhitungan tersebut (model gasal-genap dan model kiri-kanan), dapat terjadi bahwa koefisien reabilitas tes menunjukkan bilangan yang tidak sama, sehingga dapat terjadi bahwa dengan menggunakan model gasal genap tes dinyatakan reliable ( karena r11 atau rtt menunjukkan angka 0,70 atau lebih), tetapi dengan menggunakan model kiri-kanan ternyata tes dinyatakan un-reliabel ( karena besarnya r11 dibawah 0,70).

b.      Pendekatan Single Test – Single Trial dengan Menggunakan Formula Flanagan.
Dalam ranngka mengatasi kelemahan-kelemahan yang disandang oleh formula Spearman-Brown, Flanagan mengemukakan suatu formula, dimana sebagian dari persyaratan-persyaratan seperti yang dituntut oleh formula Spearman-Brown tidak harus dipenuhi.
Berbeda dengan formula Spearman-Brown maka pada formula Flanagan reliabilitas tes tidak didasarkan pada ada tidaknya korelasi antara belahan I dengan belahan II, melainakan berdasarkan diri pada jumlah kuadarat deviasi pada tes belahan I,jumlah kuadarat deviasi pada tes belahan II, dan jumlah kuadarat total ( belahan I dan Belahan II ). Adapun formula tyang diajukan oleh Flanagan adalah sebagai berikut :
r11 =
dimana :
r11                 =    Koefisien reliabilitas tes secara totalitas
2 dan 1    =    Bilangana konstan
S12            =    jumlah kuadrat deviasi ( = varian ) dari skor-skor hasil tes yang termasuk pada belahan I
S22            =    jumlah kuadrat deviasi ( = vareian ) dari skor-skor hasil tes yang termasuk belahan II
St2            =    jumlah kuadrat total deviasi ( = varian total ) dari skor-skor hasil tes belahan I dan belahan II

Jadi, pada hakikatnya S12 adalah = mean dari jumlah kuadrat deviasi skor-skor item belahan I, S22 adalah mean = dari jumlah kuadrat deviasi skor-skor item belahan II, dan St2 adalah = mean dari jumlah kuadrat deviasi skor secara total.
1.    Pendekatan Single Test - Single Trial dengan Menggunakan Formula Flanagan, dimana Diterapkan Model Item Gasal dan Genap
Langkah 1 : Dengan mengangkat kembali data yang disajika pada kolom pada tabel 6.6. Kolom 1 sampai dengan 3, kita hitung terlebih dahulu : jumlah kuadrat dari deviasi skor-skor variabel X ( = ), jumlah kuadrat dari deviasi skor-skor variabel Y ( = ), dan jumlah kuadrat dari deviasi total skor-skor variabel X dan Variabel Y (  ).
Langkah 2 : Mencari ( menghitung ) varian skor-skor item bernomor gasal, dengan menggunakan rumus :
S12 =
Telah di ketahui : dan N=25. Dengan demikian dapat kita ketahui besarnya S12 sebagai berikut :
S12 =
Langkah 3 : Mencari ( menghitung ) varian skor-skor item bernomor genap, dengan menggunakan rumus :
S22 =
Telah diketahui :   = 132,00 dan N = 25. Dengan demikian dapat diketahui besarnya S22 sebagai berikut :
S22 =  
Langkah 4 : Mencari ( menghitung ) varian total, dengan menggunakan rumus :
Telah diketahui :  = 444,96 dan N = 25. Dengan demikian dapat kita ketahui St2 sebagai berikut :
S22 =  =
Langkah 5 : Mencari koefisien reliabilitas tes (r11)
     = 2 ( 1- 0,598166127 )
     = 2 X 0,401833872
     = 0,804 ( dibulatkan )

Langkah 6 : Memberikan interprestasi terhadap r11
Karena r11 sebesar 0,804 sudah berada diatas 0,70 maka tes hasil belajar memilliki realibilitas tinggi ( = reliable )

2.      Pendekatan Single Tes – Single trial dengan Menggunakan Formula Flanagan, dimana diterapkan Model Item Belahan Kiri – Kanan

Langkah 1. Dengan mengangkat kembali data yang di sajikan pada Tabel.6.9 kolom (1) sampai dengan kolom (3), kita cari terlebih dahulu  dan .
Tabel 6.10. oerhitungan-perhitungan untuk memperoleh r11 dengan menggunakan formula belahan kiri kanan
 
Dari Tabel 6.10. diatas, telah berhasil kita peroleh : N = 25,  , , ; ;
Dengan demikian dapat kita cari ( hitung) : S12, S22 dan St2 sebagai berikut :
S12 =
S22 =
St2 =
Akhirnya, dapat kita peroleh koefisien reliabilitas tesnya ( r11) :

Dari tabel perhitungan (  lihat tabel 6.12) telah berhasil kita ketahui : N = 25;  , , ; ; ; dan
Berturut-turut dapat kita cari ( hitung ) , , dan  sebagai berikut :
 telah diketahui : ;  N = 25.
Tabel 6.11 Perhitungan-perhitungan untuk memperoleh r11 dengan menggunakan formula Flanagan, diman diterapkan model belahan kiri-kanan.
c.       Pendekatan Single test-Single Trial dengan Menggunakan Formula Rulon
Rumus yang dikemukakan oleh Rulon untuk mencaari koefisien reliabilitas tes ( r11 ) adalah sebagai berikut :
r11 =
dimana :
r11  =    koefisien reliabilitas tes
1    =    bilangan konstan
Sd2  =    varian perbedaan antar skor yang dicapai oleh testee pada belahan I dengan skor yang dicapai oleh testee pada belahan II
St2  =    varian total
a.      Pendekatan Single Test-Single Trial dengan Menggunakan Formula Rulon dimana Diterapkan Model Item Gasal Genap
Dari table perhitungan ( Lihat Tabel 6.12 ) setelah berhasil kita peroleh :
N = 25; ; ; ; ; ;
Tabel 6.12 perhitungan-perhitungan untuk mencari r11 dengan mneggunakan Rulon dimana diterapkan model item gasal genap
Langkah 1 ; Mencari (menghitung) jumlah kuadrat perbedaan antara skor item gasal dengan skor genap, dengan menggunakan Rumus :
=

Telah di ketahui : . Jadi :
Langkah 2 : Mencari ( Menghitung )varian perbedaan skor antara skor item gasal dengan skor item genap, dengan menggunakan rumus :
Sd2 =
Telah diketahui : . Jadi :
Sd2 =
Langkah 3 : Mencari ( Menghitung )jumlah kuadrat total skor  item gasal dengan skor item genap, dengan menggunakan rumus :
Telah diketahui : . Jadi :
Langkah 4 : Mencari ( menghitung ) varian total, dengan rumus :
St2 =
Telah diketahui :  Jadi :
St2 =
Langkah 5 : Mencari ( Menghitung ) koefisien reliabilitas tes ( r11 ) dengan rumus :
b.      Pendekataan Single – Test Trial dengan Menggunakan Formula Rulon, dimana DiterapkanModel Item Belahan Kiri dan Item Belahan Kanan
      Dari table perhitungan ( Lihat Tabel 6.13 ) berhasil kita ketahui : N = 25;
      Langkah 1 : Mencari ( menghitung ) jumlah kuadrat perbedaan antara skor item belahan kiri dengan skor item belahan kanan, dengan menggunakan rumus :
Tabel  6.13. Perhitungan-perhitungan untuk mencari r11 dengan menggunakan formula Rulon dimana diterapkan model item belahan kiri dan item belahan kanan
Telah diketahui δ d2 = 41; δ d = -12; N = 25. Jadi :
δ xd2 =
                        Langkah 2 : Mencari ( menghitung ) varian perbedaan skor antara belahan kiri dengan belahan kanan, dengan rumus :
                        Sd2 =
Telah diketahui : δ xd2 = 35,24 dan N = 25. Jadi :
Sd2 =
Langkah 3 : Mencari ( Menghitung ) jumlah kuadrat total skor item gasal dengan skor item genap, dengan menggunakan rumus :

=
Telah diketahui :

=6877-

Langkah 4; Mencari (Menghitung) varian total, dengan rumus:


Langkah 5; Mencari (Menghitung) koefisien reliabilitas tes  dengan rumus :


Telah diketahui =3,4944 dan :






d.      Pendekatan Single Test – Single Trial dengan Menggunakan FormulanTrial Kuder Richardson
Adapun formula yang diajukan oleh Kuder dan Richardson ada dua  buah yang masing-masing diberi kode :
KR20 dan KR 21, yaitu :
1.      Rumus KR20 yaitu :
r11 =
dimana :
r11           =    Koefisien reliabilitas tes
n             =    banyaknya butir item
1             =    bilangan konstan
St2           =    varian total
pi            =    proporsi teste yang menjawab dengan betul butir item yang bersangkutan
qi            =    proporsi testee yang jawabannya salah, atau : qi = 1 - pi
      =    jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi

2.      Rumus KR21 yaitu :


a.       Pendekatan Single Test – Single Trial dengan Menggunakan Kuder – Richardson, dimana Diterapkan rumus KR20
Langkah-langkah yang perlu di tempuh adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui kita angkat kembali table 6.3, untuk mengetahui t , , pi , qi ,dan . Hasilnya di periksa pada table 6.15.
Dari table hitungan telah berhasil kita peroleh berturut-turut  n=24;
Rumus yang akan kita gunakan : (KR20) adalah  :
R11 =  
Karena  belum kita ketahui , maka terlebih dahulu kita mencari atau menghitung  yang di peroleh dengan rumus :
St2 =
Tabel 6.14 perhitungan-perhitungan untuk memperoleh r11 dengan formula Kuder-richardson.

Maka terlebih dahulu kita cari (hitung) dengan menggunakan rumus : = 2
Telah di ketahui : = 6877 ; = 401; N = 25. Jadi
                                 2 = 6877 –  = 6877 -  = 6877- 6432,04 = 444,96
                        Dengan diperolehnya sebesar 444,96 maka selanjutnya dapat kita cari ( hitung ) St2 dengan rumus seperti telah disebutkan diatas.
St2 =
Akhirnya, dapat kita peroleh harga r11 :
b.      Pendekatan Single Test – Single Trial Dengan Menggunakan Formula Kuder – Richardson, dimana Diterapkan Rumus KR21
Seperti telah dikemukakan dalam pembicaraan terdahulu, rumus KR21 dari Kuder _ Richardason adalah sebagai berikut :
Dari perhitung-peerhitungan dimuka telah kita ketahui : N = 24; St2 = 17,7984. Karena Mt belum kita ketahui, maka terlebih dahulu kita cari ( hitung ) Mt tersebut, dengan menggunakan rumus :
Mt =
Telah kita ketahui bahwa dan N = 25. Jadi :
e.       Pendekatan Single Test – Single Trial dengan Menggunakan Formula C. Hoyt
Dengan menggunakan teknik analisis varian, maka koefisien reliabilitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
r11 =
dimana :
r11           =    koefisien reliabilitas tes
1          =    bilangan konstan
MKe     =    mean kuadrat interaksi antra testee dan item
MKs     =    mean kuadrat antar subyek
Adapun langkah-langkah yang perlu kita tempuh adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Kita siapkan table penyebaran skor-skor jawaban soal tes hasil belajar bidang studi Ushul Fiqh seperti disajikan pada table 6.16. Tiap butir item kita jumlah butir-butir skor jawaban betulnya, demikian pula kita jumlahkan skor-skor yang dimiliki tiap individu testee ( Xt ) lalu kita jumlahkan sehingga diperoleh
Langkah 2 ; Mencari ( menghitung ) jumlah kuadrat total ( JKtot ) dengan urut-urutan kerja sebagai berikut ( lihat tabewl 6.15 )
a.       Mencari ( menghitung )  caranya : semua skor hasil tes yang berada pada setiap sel kita kuadratkan sampai selesai, mulai dari baris 1 ( paling atas ) kekanan, sampai dengan baris ke 25 ( paling bawah )
b.      mencari ( menghitung ) jumlah kuadrat total ( JKtot ) dengan menggunakan rumus :
JKtot =

Apabila perhitungan-perhitungan diatas tadi kita ringkas menjadi table ringkasan analisis varian maka keadaannya sebagai berikut :
Tabel 6.16. table ringkasan analisis varian
3. Pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dengan menngunakan pendekatanm Alternate Form (Double tesrt-Double Trial).
Berbeda dengan pendekatan test-retest, maka dalam rangka mengetahui apakah hasil tes hasil belajar telah memilki reliabilitas yang tinnggi ataukah belum, dipergunakan dua buah tes yang diberikan kepada sekelompok subyek tanpa adanya tenggang waktu (= dilakukan secara berbareng), dengan ketentuan bahwa kedua tes tersebut harus sejenis, dalam artisekalipun butir-butir itemnya tidak sama, namun hendaknya butir-butir item itu mengukur hal yang sama, baik dari segi isinya , proses mental yang diukur, derajat kesukaran maupun jumlah butir itemnya.
Penentuan reliabilitas tes dengan menggunakan pendekatan alternate form ini sering dikenal dengan istilah pendekatan bentuk pararel. Pendekatan jenis ketiga ini dipandang lebih baik ketimbang dua jenis pendekatan yang telah dikemukakan terdahulu, dengan alasan bahwa :
a. Karena butir-butir item dibuat sejenis tetapi tidak sama, maka tes hasil belajar (yang akan diuji reliabilitasnya itu) dapat terhindar dari kemungkinan timbulnya pengaruh yang datang dari testee, yakni pengaruh berupa latihan atau menghafal.
b. Karena kedua tes itu dilaksanakan secara berbareng (pararel), maka dapat dihindarkan timbulnya perbedaan-perbedaan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan dapat mempengaruhi penyelenggaraan tes, baik yang bersifat social maupun yang bersifat alami.
Hanya saja, untuk membuat tes bentuk pararel seperti dikemukakan diatas bukanlah pekerjaan yang mudah. Hanya staf pengajar yang telah memiliki bekal pengalaman mengajar yang cukup lama dan memiliki bekal kemampuan dalam merancang tes saljalah yang akan mampu mewujudkannya.
4. Metode tes ulang (test- retest method)
Metode ini digunakan untuk menghindari penyusunan dua seri tes.Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali.Oleh karena itu, metode tes ulang disebut juga dengan “single-test-double-trial method.” Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.
Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara ini kurang mengena karena tercoba (siswa) masih ingat akan butir-butir soalnya. Oleh karena itu, tenggang waktu antara pemberian tes pertama dengan kedua menjadi permasalahan tersendiri. Jika tenggang waktu yang terlalu sempit,siswa masih banyak ingat materi, dan jika tenggang waktu yang terlalu lama,siswa barangkali sudah mempelajari sesuatu dan faktor-faktor atau kondisi tes sudah akan berbeda. Faktor-faktor ini tentu akan berpengaruh pula terhadap reliabilitas.
Pada umumnya hasil tes kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes pertama, hal ini tidak mengapa, yang penting adalah adanya kesejajaran hasil atau ketetapan hasil yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang tinggi.




















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan bahwa :
1.      Reliabilitas tes marupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tes yang hasilnya menunjukan keajegan.
2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Tes Hasil Belajar Obyektif
a)      Konstruksi item yang tidak tepat, sehingga tidak dapat mempunyai daya  pembeda yang kuat.
b)      Panjang/pendeknya suatu instrument.
c)      Evaluasi yang surjektif akan menurunkan reliabilitas.
d)     Ketidaktepatan waktu yang diberikan.
e)      Kemampuan yang ada dalam kelompok.
f)       Luas/tidaknya sampel yang diambil.
3.      Teknik Pengujian Reliabilitas Tes Hasil Belajar Bentuk Obyektif
1. Single Test – Single Thrial Method.
2. Pendekatan Single Test – Single Thrial dengan menngunakan Formuula Spearman-Brown Model Belahan Kiri dan Kanan.
3. Pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dengan menngunakan pendekatanm Alternate Form (Double tesrt-Double Trial).
4. Metode tes ulang (test- retest method)

B.     Saran





DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara.
Sudijono, Anas. 2011. Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta
http://mshol.blogspot.com/2010_03_01_archive.html/30/10/2011/09:26