Blue Chrysanthemum
Jumat, 28 Februari 2014
Perkembangan Embrio Pada Ayam (Gallus Domesticus)
Perkembangan Embrio Pada Ayam (Gallus Domesticus)
A. Tujuan
Setelah praktikum berlangsung praktikan mampu memahami
fase-fase perkembangan embrio pada telur ayam serta bagian-bagiannya.
B. Dasar
Teori
Definisi embriologi adalah ilmu yang
mempelajari seluruh proses tumbuh dan berkembangnya telur yang telah dibuahi.
Tetapi biasanya, embriologi hanya mempelajari proses tumbuh dan berkembangnya
telur yang dibuahi sampai suatu kondisi serupa stadium dewasa yaitu foetus siap
lahir pada hewan tingkat tinggi dan ayam anak siap menetas.
Sebagai prinsip umum, zigot membelah berturut-turut dan berlangsung berkesinambungan secara mitosis yang karakteristik untuk tiap jenis hewan, dan sel-selnya berdiferensiasi dengan pola tertentu sehingga terbentuk seperti dewasa. Pada tahap perkembangan permulaan, diferensiasi sel mengikuti sifat alami sel telur yang bersangkutan.
Sebagai prinsip umum, zigot membelah berturut-turut dan berlangsung berkesinambungan secara mitosis yang karakteristik untuk tiap jenis hewan, dan sel-selnya berdiferensiasi dengan pola tertentu sehingga terbentuk seperti dewasa. Pada tahap perkembangan permulaan, diferensiasi sel mengikuti sifat alami sel telur yang bersangkutan.
Telur ayam mengandung zat gizi sempurna
yang sangat di butuhkan untuk kehidupan embrio. Meskipun begitu, untuk dapat
menghasilkan bakal anak, telur harus mendapatkan lingkungan yang nyaman
(comfort zone) supaya embrio yang ada di dalamnya dapat berkembang dengan baik
dan menetas pada waktunya.
Biasanya sang induk akan mengerami telur
secara alami atau bisa juga menggunakan mesin tetas. Sebelumnya, sang induk
harus menyediakan sejumlah 'makanan' yang cukup di dalam telur untuk
perkembangan embrio mulai dari awal peneluran sampai embrio bertumbuh menjadi
seekor anak ayam dan menetas. Perkembangan embrio unggas terjadi di luar tubuh
induknya, dengan kata lain sejak telur terpisah dari induknya, embrio akan
berkembang dengan memanfaatkan zat putih telur dan kuning telur yang ada di
dalam telur.
Pada prinsipnya semua jenis telur
mempunyai struktur yang sama. Telur terdiri dari enam bagian yaitu kerabang
telur atau kulit luar (shell), selaput kerabang (membran shell), putih telur
(albumen), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chalaza) dan sel benih (germ
disk). Masing-masing bagian memiliki fungsi khas. Kerabang telur berfungsi
sebagai pelindung embrio dari gangguan luar yang tidak menguntungkan.
Kerabang juga berfungsi melindungi putih telur dan kuning telur
agar tidak keluar dan terkontaminasi dari zat-zat yang tidak diinginkan. Kerabang
telur memiliki pori-pori sebagai media lalu lintas gas oksigen (O2) dan karbon
dioksida (CO2) selama proses penetasan. Oksigen diperlukan embrio untuk proses
pernafasan dan perkembangannya. Putih telur merupakan tempat penyimpanan air
dan zat makanan di dalam telur yang digunakan untuk pertumbuhan embrio.
Kuning telur merupakan bagian telur yang bulat bentuknya, berwarna kuning
sampai jingga dan terdapat di tengah-tengah telur. Kuning telur mengandung zat
lemak yang penting bagi pertumbuhan embrio. Di dalam kuning telur terdapat sel
benih yang menjadi unsur utama embrio unggas. Pada bagian ujung yang tumpul
dari telur terdapat rongga udara yang berguna untuk bernapas bagi embrio selama
periode penetasan, yang berlangsung rata-rata 20-21 hari.
Beberapa penyebab kematian embrio didalam telur pada
umur dua minggu masa penetasan dengan menggunakan mesin
penetas :
1. Induk
terserang penyakit.
Beberapa penyakit
pada induk memang dapat diturunkan kepada anak ayam. Karena itu, pelaksanaan biosecurity
termasuk vaksinasi
harus dilakukan secara lengkap terhadap induk. Memiliki indukan unggas sendiri
itu lebih baik daripada membeli telur di tempat lain yang tidak diketahui kualitas
indukannya, karena kontrol penyakit dapat dilakukan lebih selektif. Untuk
mengindari penularan atau penurunan penyakit bawaan dari induk maka anda bisa
melakukan fumigasi
terhadap ruang inkubasi
dengan desinfektan yang kuat seperti campuran formalin dan kalium
permanganat atau jenis desinfektan
kuat lainnya.
2. Formulasi
pakan induk kurang benar.
Kematian embrio
didalam telur dapat terjadi karena pakan induk mengalami defisiensi zat gizi
seperti vitamin
dan mineral, sehingga metabolisme dan perkembangan
embrio menjadi tidak optimal. Untuk mengatasi hal ini, pada ransum
induk perlu ditambahkan suplemen
vitamin dan mineral.
3. Sebelum
diinkubasi telur tidak diangin-anginkan.
Telur adalah benda
hidup yang mengalami metabolisme dan mengeluarkan panas. Pada saat pengangkutan
dan penjualan di pasar, telur mengalami kenaikan suhu karena pengemasan,
penumpukan dan penjemuran. Saat pengangkutan dan penjemuran, suhu dapat
mencapai 40°C. Karena itu, sebelum di masukkan ke dalam mesin tetas, telur
perlu diangin-anginkan terlebih dahulu sekitar satu jam agar tidak terjadi
perubahan suhu yang signifikan. Perubahan suhu yang signifikan dapat
menimbulkan kematian embrio
pada
dua minggu masa inkubasi di dalam mesin
tetas.
Suhu di ruang inkubasi
tidak boleh lebih panas atau lebih dingin 2°C dari kisaran suhu standar. Suhu
standar untuk penetasan berkisar antara 36°C-39°C. Kalau terjadi penurunan suhu
terlalu lama biasanya telur akan menetas lebih lambat dari 21 hari dan kalau
terjadi kenaikan suhu melebihi dari suhu normal maka embrio
akan mengalami dehidrasi dan akan mati.
5. Padamnya
sumber pemanas.
Padamnya sumber pemanas
dapat menurunkan suhu di ruang inkubasi.
Jika suhu di mesin tetas mencapai 27°C selama 1-2 jam, maka embrio akan segera
mati. Terlebih jika umur embrio masih sangat muda. Namun, jika umur inkubasi
telah mencapai 18 hari, dampak padamnya sumber pemanas tidak akan separah
dampak sewaktu masih muda. Hal ini disebabkan metabolisme
masing-masing embrio telah mampu membentuk panas kolektif secara konveksi.
Namun, jumlah kematian embrio
akan semakin bertambah jika sumber panas padam berkali-kali di dalam satu
siklus penetasan.
Karena itu, cadangan sumber panas menjadi sangat penting, terlebih pada lokasi
usaha penetaasan yang sering terjadi pemadaman listrik. Salah satu usaha untuk
meminimalkan resiko jika terjadi pemadaman listrik adalah dengan menggunakan
mesin penetas yang memiliki elemen pemanas darurat saat terjadi pemadaman
listrik. Lihat spesifikasi mesin tetas PUI-100.
6. Telur
didalam mesin tetas tidak diputar.
Telur yang tidak
diputar atau dibalik karena kemalasan, kelalaian atau matinya sumber listrik
jelas akan mempengaruhi posisi embrio.
Telur yang dibalik atau diputarnya tidak beraturan dapat menyebabkan pelekatan
pada satu sisi. Akibatya, embrio tidak akan dapat tumbuh normal dan akhirnya
mati.
7. Kandungan
CO2 yang terlalu tinggi.
Aktifnya metabolisme
embrio menyebabkan akumulasi CO2 di dalam ruang penetasan.
Selain dapat menyebabkan kematian embrio, jumlah CO2 yang terlalu banyak dapat
menyebabkan DOC
yang berhasil menetas menjadi lemas dan lemah. Ventilasi atau aliran udara yang
tidak baik menjadi faktor utama terjadinya penumpukan zat asam arang ini. Pada
mesin tetas sederhana, ventilasi
yang buruk bisa disebabkan lubang ventilasi yang kotor atau jumlahnya yang
kurang. Karena itu, pelaku penetasan harus rajin membersihkan ventilasi.
8. Telur
disimpan pada suhu di atas 30°C.
Telur yang berada pada
ruangan bersuhu di atas 30°C, bagian putih telurnya akan segera encer sehingga
tali pengikat kuning telur mudah putus. Apalagi, jika telur akan diangkut
melalui medan yang berat (jalan berliku-liku, jalan belum aspal atau tidak
mulus, ) atau mengalami perlakuan kasar, maka tali pengikat tersebut rentan
putus akibat guncangan atau perlakuan kasar tersebut.
9. Telur
berumur lebih dari 5 hari.
Putih telur mudah encer jika
setelah berumur 5 hari telur belum juga dimasukkan ke dalam mesin tetas. Kalau
anda membeli telur dari tempat lain maka perlu untuk menanyakan berapa umur
telur tetas tersebut. Kalau anda enggan untuk menanyakan maka cukup member
toleransi 2-3 hari pada telur tersebut, artinya telur tersebut telah berapa
pada peternak/pengepul telur selama 3 hari. Sehingga maksimal waktu anda
menyimpan telur tersebut di rumah anda adalah 2-3 hari.
C. Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Cawan petri
b. Inkubator
c. Kamera digital/Hp
d. Pinset
2. Bahan
a. Telur ayam kampong
D. PROSEDUR KERJA
1. Disediakan telur ayam kampung sebanyak 21 butir yang baru keluar dari induknya.
2. Telur kemudian dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 38,5°C.
3. Selama 3 hari pertama, telur didiamkan di dalam inkubator.
4. Setelah 3 hari baru telur di bolak-balik.
5. Setiap 3 hari sekali telur dipecahkan untuk dilihat bagaimana perkembangan embrio di dalamnya hingga hari ke 17.
6. Di foto setiap telur yang di pecahkan.
E. Hasil
Pengamatan
F. Pembahasan
Masa pengeraman
merupakan masa yang sangat kritis untuk menentukan
penetasan seekor anak ayam. Embrio di dalam telur akan terus berkembang setiap harinya
sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam. Secara garis besar, dari berbagai
literatur menyampaikan perkembangan embrio selama 21 hari pengeraman sampai akhirnya menetas menjadi anak
ayam.
Tahap-tahap pembentukan
embrio didalam telur adalah dimulai dari hari
ke-1, sejumlah proses pembentukan sel permulaan mulai terjadi. Sel permulaan
untuk sistem pencernaan mulai terbentuk pada jam ke-18. Pada jam-jam
berikutnya, secara berturut-turut sampai dengan jam ke-24, mulai juga
terbentuk sel permulaan untuk jaringan otak, sel permulaan untuk jaringan tulang
belakang, formasi hubungan antara jaringan otak dan jaringan syaraf, formasi
bagian kepala, sel permulaan untuk darah, dan formasi awal syaraf mata. Para penetas yang sudah berpengalaman akan mampu
membedakan telur fertile dan telur infertil pada hari ke-1 ini.
Pada hari ke-2, embrio mulai bergeser ke
sisi kiri, dan saluran darah mulai terlihat pada bagian kuning telur.
Perkembangan sel dari jam ke-25 sampai jam ke-48 secara berurutan adalah
pembentukan formasi pembuluh darah halus dan jantung, seluruh jaringan otak
mulai terbentuk, selaput cairan mulai terlihat dan mulai juga terbentuk formasi
tenggorokan. Pada hari ke-3, dimulainya pembentukan formasi hidung, sayap,
kaki, dan jaringan pernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah menutup
seluruh bagian embrio. Peneropongan telur pada hari ke-3 biasanya sudah
terlihat jelas untuk membedakan telur yang berembrio dan telur yang kosong
atau embrio mati.
Pada hari ke-4, sel permulaan untuk
lidah mulai terbentuk. Pada masa ini, embrio terpisah seluruhnya dari kuning
telur dan berputar ke kiri. Sementara itu, jaringan saluran pernafasan terlihat
mulai menembus selaput cairan.
Pada hari ke-5, saluran pencernaan dan
tembolok mulai terbentuk. Pada masa ini terbentuk pula jaringan reproduksi.
Karenanya sudah mulai dapat juga ditentukan jenis kelaminnya. Penetas yang
berpengalaman akan memanfaatkan hari ini untuk pemisahan telur sesuai dengan
jenis kelamin.
Pada hari ke-6, pembentukan paruh
dimulai. Begitu juga dengan kaki dan sayap. Selain itu, embrio mulai melakukan
gerakan-gerakan.
Pada hari ke-7, ke-8, dan ke-9, jari
kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Selain itu, perut mulai menonjol
karena jeroannya mulai berkembang. Pembentukan bulu juga dimulai. Pada
masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulai
membuka.
Pada hari ke-10 dan ke-11, paruh mulai
mengeras, jari-jari kaki sudah mulai sepenuhnya terpisah, dan pori-pori kulit
tubuh mulai tampak. Pada hari ke-12, jari-jari kaki sudah terbentuk sepenuhnya
dan bulu pertama mulai muncul. Pada hari ke-13, sisik dan kuku jari kaki mulai
terbentuk. Tubuh pun sudah sepenuhnya ditumbuhi bulu.
Pada hari ke-14, embrio berputar
sehingga kepalanya tepat berada dibagian tumpulnya telur. Pada hari ke-15,
jaringan usus mulai terbentuk di dalam badan embrio.
Pada hari ke-16 dan ke-17, sisik kaki, kuku,
dan paruh semakin mengeras. Tubuh embrio sudah sepenuhnya tertutupi bulu yang
tumbuh. Putih telur sudah tidak ada lagi, dan kuning telur meningkat fungsinya
sebagai bahan makanan yang sangat penting bagi embrio. Selain itu, paruh sudah
mengarah kerongga kantung udara, selaput cairan mulai berkurang, dan embrio
mulai melakukan persiapan untuk bernafas.
Pada hari ke-18 dan ke-19, pertumbuhan
embrio sudah mendekati sempurna. Kuning telur mulai masuk ke dalam rongga perut
melalui saluran tali pusat. Embrio juga semakin besar sehingga sudah memenuhi
seluruh rongga telur kecuali rongga kantung udara.
Pada hari ke-20,
kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh embrio. Embrio yang hampir
menjadi anak ayam ini menembus selaput cairan dan mulai bernafas menggunakan
udara di kantung udara. Saluran pernafasan mulai berfungsi dan bekerja
sempurna. Ketika melakukan peneropongan dan terlihat kantung udara yang gelap maka dapat
dipastikan bahwa embrio tersebut telah mati. Pada hari ke-21, anak ayam menembus
lapisan kulit telur ( pipping) dan menetas
menjadi anak ayam.AMALIA NURUL MAULIDA
contoh RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 3
I.
Identitas
Mata Pelajaran
a.
Nama Sekolah :
SMA Negeri .. Samarinda
b.
Mata Pelajaran :
Biologi
c.
Kelas/Smester :
X/2
d.
Jumlah Pertemuan :
1 x pertemuan
e.
Alokasi Waktu :
2 x 45menit
f.
Hari, Tanggal :
Selasa, 5 Maret 2013
II.
Standar
Kompetensi
3.
Memahami manfaat keanekaragaman hayati
III. Kompetensi Dasar
3.3 Mendeskripsikan
ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan
hidup di bumi
IV. Indikator
1. Mengidentifikasi
ciri-ciri umum tumbuhan biji.
2. Menjelaskan
cara-cara perkembangbiakan tumbuhan biji.
3. Menjelaskan
siklus hidup tumbuhan biji.
4. Menjelaskan
peranan berbagai jenis tumbuhan biji yang ada di lingkungan
Nilai Pendidikan
karakter dan pendidikan kewirausahaan yang dikembangkan :
Jujur, Kerja keras, Disiplin, Toleransi, Rasa ingin
tahu, Komunikatif, Berfikir logis, Tanggung Jawab, Mandiri.
V. Tujuan Pambelajaran
1. Siswa
dapat mengidentifikasi ciri-ciri umum tumbuhan biji.
2.
Siswa dapat menjelaskan cara-cara perkembangbiakan tumbuhan
biji.
3.
Siswa dapat menjelaskan siklus hidup tumbuhan biji.
4.
Siswa dapat menjelaskan peranan berbagai jenis tumbuhan
biji yang ada di lingkungan
VI. Materi
Tumbuhan Biji
|
Terbagi menjadi
|
Tumbuhan biji
tertutup
|
Tumbuhan biji
terbuka
|
Terdiri dari
|
Terdiri
dari
1. Cycadophyta
2. Ginkgophyta
3. Coniferophyta
4. Gnetophyta
|
Kelas Liliopsida
(Monokotil)
|
Kelas
Magnoliopsida (Dikotil)
|
Terdiri
dari
Terdiri
dari
1. Caryophyllaceae
2. Magnoliaceae
3. Ranunculaceae
4. Papaveraceae
5. Cruciferae
6. Rosaceae
7. Leguminosae
8. Malvaceae
9. Cactaceae
10. Umbelliferae
11. Labiatae
12. Solanaceae
13. Compositae
|
1. Liliaceae
2. Palmae
3. Gramineae
4. Orchidaceae
5. Musaceae
6. Zingiberaceae
|
VII.
Model dan
Metode Pembelajaran
1. Model :
Kartu
arisan
2. Metode : Ceramah, Diskusi, Permainan, Tanya jawab, dan
Pemberian tugas.
VIII.
Langkah-langkah
Pembelajaran
1. Kegiatan awal (5 menit)
a.
Apersepsi/motivasi
-
Guru bertanya kepada siswa“ Pernahkah kalian melihat pohon belinjo dan
mangga ?
Motivasi
-
Jika pernah, apa
kalian pernah memperhatikan buah atau bijinya?
b.
Guru menanyangkan dan menjelaskan topik pembelajaran tumbuhan
biji.
c.
Guru menanyangkan dan menjelaskan tujuan pembelajaran
d.
Guru menekankan kepada siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti (55 menit):
Eksplorasi (15 menit)
a.
Guru menjelaskan
materi tenteng tumbuhan biji.
b.
Guru menayangkan materi pelajaran tentang tumbuhan
biji melalui media power point secara singkat.
Elaborasi (35 menit)
:
a.
Guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok secara heterogen untuk berdiskusi tentang materi yang
disampaikan.
b.
Guru kemudian memberikan kertas jawaban kepada masing-masing siswa dan kertas
soal dimasukan kedalam gelas
c.
Gelas yang telah berisi gulungan soal dikocok, kemudian
salah satu yang jatuh diberikan agar dijawab oleh siswa yang memegang kartu
jawaban.
d.
Siswa disiplin mendengarkan aturan permainan yang dibacakan oleh
Guru
e.
Dengan jujur dan berfikir logis,serta mandiri
siswa menjawab pertanyaan dari kertas soal yang keluar
f.
Siswa dengan penuh rasa tanggung jawab dan komunikatif
berdiskusi dengan teman-temannya
tentang kebenaran jawabannnya.
g.
Apabila jawaban benar maka siswa dipersilakan tepuk
tangan atau yel-yel lainnya.
h.
Setiap jawaban yang benar diberi poin 1 sebagai nilai
kelompok sehingga nilai total kelompok merupakan penjumlahan poin dari para
anggotanya.
i.
Guru sebagai fasilitator, moderator dan motivator
mengamati jawaban setiap siswa
Konfirmasi (10
menit) :
b.
Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan tanggapan mengenai materi
yang disampaikan.
c. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari mengenai tumbuhan biji.
d.
Guru bersama
siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Penutup (5 menit)
Guru memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan
tumbuhan biji sebagai bahan evaluasi
dan pembelajaran dirumah.
I.
Alat, Bahan dan Sumber Belajar
a. Alat
-
Laptop
-
LCD
b.
Bahan
-
LKS
-
Bahan presentasi
-
Slide
c.
Sumber Belajar
-
Istamar Syamsuri dkk. 2004. Biologi Jilid 1B Untuk SMA Kelas X Smester 2. Erlangga: Jakarta.
-
Buku-buku yang relevan dan internet.
X.
Penilaian
dan Evaluasi
a.
Penilaian Proses
1.
Lembar Observasi
2.
Evaluasi Materi
Lembar Observasi
No.
|
Nama Siswa
|
Kognitif
|
AFEKTIF
|
|||
KB
|
MP
|
MPD
|
K
|
D
|
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan :
KB : Kemampuan
Bertanya
MP : Menjawab
Pertanyaan
MPD : Mengemukakan
Pendapat
K : Keseriusan
D : Disiplin
Nilai
Nilai
fo : frekuensi
Observasi
fe : frekuensi
harapan
b.
Produk
Evaluasi Materi
Essay
1.
Jelaskan perbedaan bunga lengkap dan bunga tidak
lengkap!(25 poin)
2.
Sebutkan dua
kelas pada angiospermae!(15 poin)
3.
Jelaskan perbedaan tumbuhan dikotil dan monokotil!(20
poin)
4.
Jelaskan 4 macam penyerbukan berdasarkan asal serbuk
sari!(25 poin)
5.
Sebutkan 4
divisi yang temasuk dalam gymnospermae! (15 poin)
Jawaban
XI.
Rubrik
Penilaian
Langganan:
Postingan (Atom)